Pengalaman itu tidak selalu benar

Pengalaman itu tidak selalu benar

Pengalaman adalah semua pelajaran yang diperoleh seseorang dalam semua kejadian yang dialami baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman ini bisa berupa pengetahuan, ketrampilan atau pemahaman yang dia dapatkan dari interaksi dengan alam sekitarnya. Bisa jadi diperoleh dengan kejadian sadar yang melibatkan paradigma dan pengetahuan yang dihasilkan dari proses tersebut. Pengalaman adalah hasil kontak inidividu dengan lingkungan sekitar. Kontak ini bisa bersifat positif atau negatif yang akan mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman mereka tentang hidup. Peristiwa itu bisa berkesan dan akan dijadikan pelajaran dalam hidup dan sesuatu yang berharga. Jadi pengalaman bisa mencakup interaksi sehari hari, interaksi disekolah dan peristiwa penting dalam kehidupan pribadi. Apakah pengalaman itu pasti benar ?

Pengalaman itu tidak selalu benar

1. Standar benar dan salah ukurannya adalah kitab suci, hukum alam(sunnatulloh) atau agama masing masing. Karena yang berhak menilai sesuatu benar dan salah adalah tuhan yang maha esa dan maha berkuasa pencipta segalanya. Itu bagi yang meyaqini agama sebagai kebenaran hidupnya, kalau dia tidak yaqin bisa memakai standar hukum alam atau sunnatulloh dengan kemampuan berfikirnya. Jika standar salah benar adalah wewenang tuhan tetapi jika baik dan buruk sifatnya subjektif, menurut penilaian dan persepsi manusia.

2. Pengalaman akan banyak dipengaruhi oleh subjektifitas manusia. Karena paradigma atau cara pandang manusia atau mindset setiap orang akan dipengaruhi oleh informasi dan pengetahuannya. Penafsiran masing masing manusia akan sangat berbeda tergantung kemampuan dan kapasitas pengetahuannnya. Maka pengalaman ini betul betul tergantung kepada individu yang mengalami.

Pengalaman itu tidak selalu benar

3. Karena pengalaman ini sangat subjektif artinya tergantung penialaian masing masing sesuai dengan pengetahuannya maka kebenarannya tidak bisa dipastikan, itupun karena setiap manusia ukuran kebenarannya bertingkat dan bermacam macam. Mungkin kalau standar baik dan tidak baik atau buruk bisa dengan mudah dinilai, misalnya kalau orang lain bilang baik maka pengalaman ini menjadi baik dan kebaikan. Tetapi kebaikan belum tentu kebenaran.

4. Pengalaman menjadi benar jika penilaian didasarkan kepada kitab suci atau hukum alam tetapi itupun setiap manusia tidak sama kapasitas pemahamannya tergantung kecerdasannya. Maka kebenaran ini sangat relatif sekali. Benar menurut seseorang belum tentu benar menurut yang lain.

5. Akhirnya kemampuan memahami fenomena hukum alam dan kemampuan memahami kitab suci akan menentukan kebenarannya, itupun butuh kemauan belajar secara kontinyu. Maka manusia pembelajar kontinyu akan mendapatkan kebenaran yang lebih dibanding yang tidak. Itu alasan agama mengajarkan untuk menuntut ilmu tanpa batas, supaya mereka menjadi benar dalam hidup, jika dia berhenti belajar maka sampai di tingkat itu kebenarannya.

Pengalaman itu tidak selalu benar

akhirnya hanya tuhan yang mengetahui kebenaran sejati dan orang orang sholeh yang dekat kepada tuhan karena mereka akan mendapatkan kebenaran sejati seperti yang dikehendaki tuhan sendiri. Dan itu menjadi ukuran kepandaian dan kecerdasan manusia dalam proses kehidupan. Jika anda mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak logis itu karena logika anda tidak sampai.


Posting Komentar untuk "Pengalaman itu tidak selalu benar"